Kemeriahan Pesta Budaya Asmat Papua
Tak kurang dari 400-an peserta Pesta Budaya Asmat, Kamis (10/10/2013) menampilkan ukiran, perahu, anyaman dan tarian.
ASMAT - Lantai
panggung di Lapangan Yos Sudarso, Agats Kabupaten Asmat, Papua,
bergetar seketika saat tak kurang dari 140 penari dari perwakilan
berbagai kampung di 7 distrik bergoyang seraya menabuh tifa dan
meneriakkan seruan semangat. Kamis (10/1/2013) malam, Pesta Budaya Asmat
dibuka di Agats, Kabupaten Asmat, Papua.
Tak
kurang dari 400-an peserta pesta yang menampilkan ukiran, perahu,
anyaman, dan tarian beserta tetabuhan khas Papua, tifa, menjadi daya
tarik bagi pengunjung yang nampak terus mengalir di atas jalan panggung
Agats yang sebagian sudah dibeton, dan sebagian lain masih beralas kayu.
Hampir
1.000 pengunjung memadati lapangan panggung yang luasnya sekitar 8.000
meter persegi. Agats bertanah rawa, sehingga semua jalan dan rumah,
termasuk lapangan pun dibina dengan sistem panggung.
Diperkirakan
sebanyak 200 ukiran, 62 anyaman, dan 18 perahu telah lolos seleksi.
Dari 19 distrik yang ada di Asmat, 7 distrik saat ini sudah terdaftar
dengan masing-masing distrik diwakili 20 penari. Jumat (11/10/2013),
tiap distrik menampilkan tariannya masing-masing seraya menemani para
pemahat patung menunjukkan keahliannya memahat.
Sejak
Jumat pagi, warga Asmat berkumpul di dermaga Agats di tepi Sungai
Aswetj. Sebanyak 17 perahu mempertontonkan keseimbangan dan kecepatannya
di depan warga Asmat dan tak kurang dari 5 negara tamu yang hadir.
Ritual yang dipimpin kepala adat pun menarik perhatian warga, media dan
tamu asing.
DOK INDONESIA. TRAVEL Patung dan ukiran Asmat di Pesta Budaya Asmat
Setelah
itu, acara dialihkan kembali ke Lapangan Yos Sudarso dengan
menghadirkan 200 pengukir yang unjuk kabisa. Menurut Ketua Panitia Pesta
Budaya Asmat, Erick Sarkol, semakin tahun semakin bertambah
keikutsertaan warga, dan sekarang sudah tahun ke-29.
"Tahun 1981 hanya ada 36 pemahat saja yang ikut, dan sekarang sudah berkembang menjadi 200 orang," kata Erick.
Dalam
lomba patung dan anyam, ada beberapa kategori yang diperlombakan.
Patung mitos yang paling menarik karena memiliki filosofi mendalam dari
tiap suku. Ada pula kategori hiasan dan diambi dari tema kehidupan Suku
Asmat. Pemenang pertama akan dihargai dengan hadiah uang dan disimpan
sebagai koleksi di Museum Budaya Asmat. Sisanya akan dilelang dengan
harga bervariasi.
Keindahan ukiran Asmat tak dapat dipungkiri menjadi yang terbaik saat ini di dunia. Uniknya, semua pemahat tak pernah membuat desain terlebih dahulu. Semua direncanakan dalam ingatan mereka. Selain itu originalitas tiap patung sangat tinggi. Tak ada satu patung Asmat yang dibuat sama. Tiap patung sifatnya unik dan hanya satu, tak pernah dibuat dua buah yang sama sejenis.
Hari itu banyak sekali karya dipamerkan di Lapangan Yos Sudarso, mulai dari patung, perahu, tombak, perisai, tifa hingga anyaman.
Keindahan ukiran Asmat tak dapat dipungkiri menjadi yang terbaik saat ini di dunia. Uniknya, semua pemahat tak pernah membuat desain terlebih dahulu. Semua direncanakan dalam ingatan mereka. Selain itu originalitas tiap patung sangat tinggi. Tak ada satu patung Asmat yang dibuat sama. Tiap patung sifatnya unik dan hanya satu, tak pernah dibuat dua buah yang sama sejenis.
Hari itu banyak sekali karya dipamerkan di Lapangan Yos Sudarso, mulai dari patung, perahu, tombak, perisai, tifa hingga anyaman.
Nampak
beberapa tetua mengenakan owese, tas berhias dengan bulu kakatua
sebagai lambang kepemimpinan. Beberapa di antara warga, mengenakan
mahkota dari kulit kuskus dan burung yakub.
Kayu
besi, kayu merbau, kayu pit juga kayu perahu dipakai sebagai bahan
dasar pengukiran. Tiga warna dasar yang digunakan dalam pewarnaan patung
ialah putih, merah, dan hitam, yang semuanya didapat dari bahan alami.
"Kayu biasanya diukir dalam keadaan basah. Pengukir semua pria, dari
dulu dan akan selalu pria," ujar Erick.
Saat bekerja, para pengukir biasanya tak pernah berbicara sedikit pun, kecuali bernyanyi ritual, karena saat proses mengukir, mereka yakin tengah berkomunikasi dengan para leluhur.
Saat bekerja, para pengukir biasanya tak pernah berbicara sedikit pun, kecuali bernyanyi ritual, karena saat proses mengukir, mereka yakin tengah berkomunikasi dengan para leluhur.
Dengan
mengusung tema "Mendayung Perahu Penuh Keseimbangan Demi Mempertahankan
Jati Diri Asmat dan Melestarikan Nilai-nilai Luhur Dalam Kesinambungan
Pembangunan Budaya Nusantara" pesta ini dihadiri oleh Kepala Desk Wisata
Eropa-Amerika Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Maria
Mayabubun.
DOK INDONESIA. TRAVEL Pesta Budaya Asmat 2013.
Bupati
Asmat, Yuvensius A Biakai mengingatkan pada semua warga bahwa tidak ada
yang perlu dirasakan sebagai kelemahan dalam hidup sebagai Asmat walau
terpencil. Justru, dengan pesta ini warga Asmat bisa semakin mendunia
dan harus merasa bangga dan bermartabat.
"Hidup
harus seimbang, karena tak hanya manusia yang mendiami bumi. Ada roh,
binatang, tumbuhan, dan alam sekitar yang saling ketergantungan," kata
Yuvensius yang sangat dihormati warga Asmat.
Suatu pengalaman yang akan abadi terukirkan dalam kenangan saat Anda bisa berada di sini, bercengkerama dengan para pemahat yang ramah, mengenakan noken berhias dan mahkota kebanggaan.
Salam
Wisata Papua
0 komentar:
Posting Komentar